Monday, 16 November 2015

Ingatkah Hari Itu? (Pencopet di Kereta)

Monday, 16 November 2015
Minggu, 13 November 2011, masih ingatkah hari itu? Atau hanya aku sendiri yang masih mengingatnya dengan jelas? Hari itu adalah hari dimana pertama kalinya aku melihat pencopet beraksi di kereta dan hari dimana pertama kali kita bertemu, berkenalan, tukeran nomor HP, dan pertama kalinya kamu menginjakkan kaki di kosku. Ya hari itu...mungkin hari yang tidak akan pernah ku lupakan walaupun pada akhirnya kita tidak berjodoh. Mungkin seandainya kita berjodoh, saat ini aku akan menulis Cintaku Mentok di Gerbong Kereta atau Kamu Pencopet Hatiku, hahahahahahahaha. Hadeuh hadeuh hadeuh...buat kalian yang merasa kisah percintaannya mirip FTV buruan bangun, hidup itu bukan drama. wkwkwkwkwk.

Kali ini aku bukan ingin menshare tentang kisah cintaku bersama *Si Mantan (sebut saja dia Mawar, hahahahaha) yang bermula di gerbong kereta karena bertemu pencopet. Tapi aku ingin menshare pengalamanku melihat pencopet pertama kalinya.

Saat itu tepat hari Minggu, 13 November 2011. Seperti biasa aku mengikuti kajian bulanan di Istiqlal yang dipimpin oleh Aa Gym, acara berlangsung dari pagi sampai dzuhur. Setelah acara selesai, aku dan Mba Ina (temen kosku di Bogor) melanjutkan perjalanan ke Asemka untuk membeli barang-barang pesenan Nunik untuk membuat hiasan bunga kristal, berhubung Nunik saat itu tinggal di Moskow, jadi nggak bisa belanja sendiri. Selesai berbelanja karena hari sudah semakin sore, kami memutuskan pulang. Begitu sampai di stasiun Jakarta Kota, ternyata sudah tersedia kereta Comuter Line tujuan Bogor yang berangkat kurang lebih 10 menit lagi, sedang jam sudah menunjukkan 16.00 sedangkan kami belum salat ashar. So, aku bilang ke Mba Ina, baiklah kali ini aku mau naik kereta ekonomi  (yang akan berangkat sekitar 30 menit lagi), dari pada kita nggak salat Ashar. Kami pun bergegas salat ashar. Seusai shalat kami langsung masuk ke kereta ekonomi dan aku menunjukkan ke Mba Ina tempat duduk yang terang. Maklum saja kondisi kereta ekonomi saat itu jelek, tidak berpintu, banyak pencopet dan cukup bayar Rp 2.000,00. Secara spontan aku bilang ke Mba Ina...duduk di sebelah sana aja, yang ada lampunya takut ada pencopet. 

Kereta ekonomi tujuan Bogor mulai melaju.... Sepanjang jalan aku mengajak Mba Ina ngobrol, entah kenapa biasanya aku jago banget tidur di kereta...tapi saat itu aku sudah punya firasat akan bertemu pencopet. Eng ing eng...kecurigaanku benar..... Secara berurutan tempat duduk kami dari arah pintu, dua pencopet cowok dan cewek berdiri selayaknya pasangan suami istri di dekat pintu (yang cewek pakai kerudung), 1 pencopet bapak paruh baya duduk di kursi paling ujung dekat pintu, Mba Ina, lalu aku. Ya....mataku jelalatan sepanjang jalan, sampai akhirnya mataku terhenti melihat sepasang cowok dan cewek itu beraksi mengambil sesuatu dari tas punggung seorang pria yang tengah bersiap turun dari kereta. Si cowok pura-pura memeluk si cewek dengan tujuan agar tangan si cewek tidak keliatan saat beraksi. Aku pun hanya bisa diam...tak bisa berbuat apapun, hanya bergumam dalam hati apakah hanya aku yang melihatnya?

Saat itu Mba Ina masih belum menyadari sesosok bapak paruh baya yang duduk di sebelahnya adalah pencopet. Aku sudah mengingatkan Mba Ina berkali-kali agar HPnya tidak ditaruh di saku kanannya (dekat pencopet), tapi Mba Ina mengabaikan ingatanku. Sampai akhirnya aku berakting meminjam HP Mba Ina dan menuliskan message disampingnya ada pencopet. Mba Ina baru sadar ketika pencopet akan beraksi mengambil dompet seorang bocah yang ku taksir anak SMP. Kali ini aku berhasil menggagalkan ulah pencopet. Berkali-kali aku mengagetkannya dengan suaraku yang lantang dan menghadap padanya. 

Beberapa saat kemudian masuklah ibu-ibu membawa dua anak balita, dengan spontan Mba Ina memberikan tempat duduk kepadanya. Sementara aku panik, karena itu sama saja mengumpankan tas si Ibu itu ke pencopet. Dengan segala cara aku menggagalkan ulah pencopet, hingga saat itu aku menepuk pundakmu untuk pertama kalinya. Memintamu bekerjasama denganku menggagalkan ulah pencopet, yang pada akhirnya aku meminta perlindunganmu, hahahahahahhahaha.

Ya...aku masih ingat masa itu, masa dimana aku memanfaatkanmu dan aku pun tau sebernernya kamu juga takut ketika membantuku. Tapi terimakasih telah membantuku saat itu dan membantuku lebih dewasa selama 1 tahun bersamamu serta membuatku lebih bijaksana setelah tidak lagi bersamamu 3 tahun ini.

Intinya aku ingin share...waspadalah bagi kalian yang tinggal di kota besar. Pencopet ada dimana-mana. Buat kalian yang punya hati malaikat dan menjunjung tinggi nilai kejujuran. Kendalikan ekpsresi spontan kalian. Begitu melihat pencopet jangan teriak copet. Karena kamu bisa jadi sasaran kekerasan, apalagi ketika kamu bepergian sendiri tanpa teman. Jangan meletakkan barang berharga di bagian tas yang paling depan. Jangan pula menenteng barang berharga di jalanan yang ramai karena itu dengan mudah bisa dirampok. Buat kalian para cewek yang sering berpergian naik kereta, lebih baik masuk ke gerbong khusus wanita. Setelah ku amati belum pernah sekalipun aku melihat ada pencopet beraksi di gerbong wanita. Mungkin karena ada petugas keamanannya. Tempat yang paling disukai pencopet adalah dekat pintu. Jadi berhati-hatilah...letakkan tas punggung di bagian depan.




0 comments :

Post a Comment

 
Lissa_RHI © 2008. Design by Pocket