Bogor merupakan kota berikutnya yang menjadi tempatku berpetualang. aku lom pernah ke kota ini sebelumnya. Hanya bermodalkan Bismillah dengan keyakinan Allah kan selalu menjagaku, maka sampailah aku di kota Bogor yang dingin ini. Setelah kira-kira 5 bulan berdomisili di kota Cilacap yang begitu panas, samapi-sampai di dalam rumahpun serasa berda dipanggang dalam oven.....secra tiba-tiba langsung hijrah ke kota Bogor yang begitu dingin dan membuat Body-ku kaga' bisa dikompromi cz g bisa beradaptasi dengan baik akan perbedaan cuaca.Body trasa panas, batuk mpe muntah-muntah pula, sungguh saat itu adalah masa-masa yang menyedihkan cz "I'm Alone". kaga' da yang bisa q mintai tolong...cz aq penghuni satu2nya di kost itu...
...............................1 bulan pun berlalu, aku dapetin kost baru ditengah padatnya pemukiman penduduk di kota Bogor. Bukan sebuah kost mewah, bukan pula kost yang menyedihkan tetapi sebuah kost sederhana yang nyaman. Ketika pagi menjelang. pintu kamar dibuka maka suguhan pemandangan alam yang begitu indah menyambutku. Matahari yang bersinar begitu cerahnya, Gunung SALAK yang terhampar luas di depan mata, diiringi suara derasnya aliran sungai diseberang kamarku, yang sampai detik ini walaupun dah tiga bulan berdomisili di situ akupun lom jua tau apa nama sungai itu...wekekeekeeekkek. Dan yang tak pernah luput dari mataku adalah aktivitas warga disekitar sungai. Nich dia pemandangan yang q dapet tiap pagi dari depan kamarku.....Indah kan????
Sungai yang mengalir di depan kamarku tidaklah bening dan jernih tetapi berwarna cokelat keruh (warna tanah). Bila hari minggu tiba, banyak anak-anak berenang dengan penuh keceriaan. Warga-warga disekitar sungai memanfaatkan sungai itu dengan berbagai cara. Ada yang memanfaatkannya untuk mebuat keramba ikan, mandi, cuci baju dan perkakas rumah tangga, padahal tak jarang deseberang sana ada yang memanfaatkan untuk Buang Air Besar (BAB)...sungguh sangat menyedihkan...walaupun menurut islam air sungai itu memenuhi syarat SUCI lagi Mensucikan.....
Yang lebih membuatku prihatin ketika warga berbondong-bondong dengan tanpa rasa bersalah membuang sampah kesungai itu, sementara di ujung sana dekat pintu air ada beberapa pemulung yang dengan telaten mengambil sampah-sampah yang melayang-layang di sungai demi mendapatkan sesuap nasi. Betapa kita harus berterimakasih kepada Bapak dan Ibu Pemulung yang secara tidak langsung turut melestarikan lingkungan.
Monday, 18 October 2010
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment