oleh Indrya Windy Ritaria
Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya,”Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?”
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum.
Anakku…
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutup bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan di lihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahlian berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi ya abi?” sahut putrinya.
Ketahuilah putriku….
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi, dilihat dari kekhawatirannya dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dari besarnya ujian yang ia jalani tetapi, dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah….
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Setelah itu sang anak kembali bertanya, “Siapa kah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, abi?”
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,”pelajarilah mereka!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”.
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum.
Anakku…
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutup bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan di lihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahlian berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi ya abi?” sahut putrinya.
Ketahuilah putriku….
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi, dilihat dari kekhawatirannya dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dari besarnya ujian yang ia jalani tetapi, dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah….
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Setelah itu sang anak kembali bertanya, “Siapa kah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, abi?”
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,”pelajarilah mereka!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”.
0 comments :
Post a Comment